SEKALI LAGI, TENTANG TAWAR MENAWAR PADA PEDAGANG KECIL*
*Assalamu'alaikum wr wb.
*Tadi pagi, diantara beceknya pasar tradisional, aku mau membeli beberapa ekor ayam di ibu pelangganku, si penjual ayam.*🐓🐓🐓
*Ada seorang ibu lagi menawar harga seekor ayam........*
*“mahal amat, kurangi deh, ayam kecil kayak gini, udah nggak segar lagi,”tawar ibu berambut hasil rebonding itu.*
*“25ribu itu udah pas Bu, karena sudah siang, kalo pagi, nggak kurang dari 30ribu,”jawab ibu penjual ayam.*
*“Ahhh 22 ribu kalo boleh, udah sisa-sisa jelek dan kurus begini kok,” tawar si ibu rebonding.*
*Mata tua penjual ayam mengerjap pelan, mata tua yang selalu mengundang
iba, menatap dagangannya. Masih bertumpuk. Hari mulai beranjak siang.
Sebuah anggukan ia berikan. Menyerah pada keadaan. Hidup, tak memberinya
banyak pilihan.*
*Dan tangan tua keriput itu mulai membersihkan
ayam. Ujung jari melepuh terlalu lama terkena air panas. Beberapa luka
di jari teriris pisau yg tajam, cukuplah sebagai bukti, bahwa
kehidupannya bukanlah kehidupan manis bertabur mawar melati.*
*Dunia........*
*Kenapa kita sedemikian kejam pada orang yang lemah? Mengapa di
sebagian semesta diri, kita begitu puas jika berhasil memenangkan
penawaran pada orang orang yang sudah terseok-seok mencari makan?*
*Apa yang kita dapat dari hasil menawar ? 3 atau 5 ribu?*
*Akan kaya kah kita dgn uang segitu? TIDAK.*
*Uang mungkin terkumpul, tapi keberkahan hidup nggak akan didapat. Bisa
jadi, saat memasak, lupa, lalu gosong dan terbuang, kerugiannya lebih
dari 5 ribu. Atau bisa jadi, saat masakan udah matang, anak anak malah
kehilangan selera makan, dan minta dibelikan bakso atau apalah, sehingga
uang yg 5 ribu tadi habis juga, capek memasak nggak dihargai oleh
anggota keluarga.*
*Apalagi menawar dengan bahasa yg tidak baik.
“ayam kecil2 kayak gini, udah nggak segar, ayam kayak gini, sisa-sisa
sudah jelek begini,”*
*Omongan adalah do'a. Setelah deal membeli,
bisa jadi ayam itu memang membawa pemakannya menjadi tidak segar, atau
ayam itu membawa kejelekan bagi pemakannya. Hati hati Bu dengan lisanmu,
do'a ibu menggetarkan langit, kalimat yg burukpun bisa menggetarkan
langit.*
*Aku sudah bertahun-tahun mencoba konsisten menerapkan
untuk tidak pernah menawar pedagang kecil. Dengan menulis ini, aku
bukannya tidak paham dengan konsekuensi, akan banyak yg menilai “ahh
amal baik kok di publikasikan, riya, nggak dapat pahala,”*
*Baik,
soal pahala atau tidak, biarlah menjadi urusan Alloh. kalau karena
menuliskan hal ini, aku dianggap riya, lantas kehilangan pahala atas hal
itu, aku ikhlas. Hanya berharap, semoga tulisan ini mampu menyentuh
banyak hati yang lain, kemudian menjadi konsisten untuk tidak pernah
lagi menawar ke pedagang kecil.*
*Mari kita mulai, membangun perekonomian pedagang kecil.*
*Saat kita masih meringkuk di kamar ber AC, jam 3 dini hari, kala
tubuh masih dibalut oleh selimut wangi dan jiwa dibuai mimpi, ibu tua
pedagang ayam itu sudah berkubang dengan aroma kotoran ayam, menyuci
ayam sampai bersih, mengeluarkan isi perut ayam, dll. Sungguh bukan
kehidupan yang gampang.*
*Apa ruginya kalau kita melebihkan bayaran, atau minimal, tidak menawar atas harga yg telah dia tetapkan.*
*Dalam hidup, aku merasakan, selalu di beri kejutan-kejutan oleh Alloh, Sang Pemilik seluruh kerajaan di langit dan di bumi.*
*Dalam 3 hari ini, Karena sibuk kerja, menulis, menjaga anak –anak, aku
nggak sempat upload foto gamis jualanku, namun seseorang tetap membeli
3 potong gamis yg dulu pernah aku upload, transaksi 1.620.000. Aku
dapat untung 120ribu. Alhamulillah. Tapi Alloh melimpahkan cintaNya
dengan menggerakkan hati si pembeli gamis untuk mentransfer lebih. yg
dia transfer 2.2 juta. Untung 120ribu berubah menjadi 700 ribu.*
*Tadi pagi, pembeli buku dari banjar masin, mentransfer 300ribu,
seharusnya hanya 121ribu. Lagi lagi, Alloh mengirim sayangNya dengan
cara tak terduga.*
*Apakah rejeki hebat ini buah dari do'a-do'aku?*
*Belum tentu......*
*Ini bisa jadi, adalah do'a dari ibu penjual ayam, tukang ikan, atau
bapak penjual tahu, atau ibu tukang giling bumbu, atau bapak tua penjual
pisang,dll yang pernah bertransaksi jual beli dengan ku.*
*Saat kita tak menawar, mereka ikhlas bilang “terima kasih”.*
*“terima” dan “kasih”. Mereka menerima. Lalu malaikat menerbangkan
do'a mereka, mengetuk pintu langit, dan kita kelimpahan “kasihNya”.*
*Bukankah sudah jelas, tak ada sekat antara dhuafa dengan Tuhannya,
bahwa do'a kaum dhuafa, do'a orang yg papa, adalah do'a yang mampu
mengetuk pintu langit.*
*Lantas kenapa kita mampu memberi kado
pada teman yg melahirkan seharga ratusan ribu, atau membelikan kado
ulang taun ratusan ribu pada anak teman yg merayakan ulang taun di mall ,
bukankah mereka sudah kaya, kado kado ratusan ribu itu mereka bisa
membeli sendiri.*
*Sementara kita begitu berhitung pada mereka yg
telah menggadaikan jam tidur dan tenaga, mereka yang terseret seret
oleh arus nasib kejamnya jaman untuk sekedar mencari uang sebagai bekal
pelanjut hidup.*
*Aku sangat yakin pada seluruh ajaran dalam
nilai yang aku imani. Ketika kita memudahkan urusan orang, Alloh akan
memudahkan urusan kita. Ketika kita memberi satu, Alloh akan membalas
ratusan kali lipat. Balasan rejeki tak hanya dalam bentuk materi yg
terukur. Bisa dalam bentuk hati yg selalu gembira. Meski sederhana, tapi
hati nggak pernah gundah. Nggak pernah grasak- grusuk cemas panic
sampai menyerobot rejeki orang. Meski pas pasan, tapi makan enak, tidur
sealu nyenyak, itu adalah rejeki yang tak terbilang harganya.*
*Buktikan saja. Jangan sesekali menawar pedagang kecil. Selalu mudahkan
urusan orang lain. Jangan abiskan waktu untuk tawar menawar sampai alot,
simpan waktu dan tenagamu untuk hal-hal yg lebih bermanfaat. Waktu buat
tawar menawar dipangkas, jadikan itu waktu untuk bersujud di kala
dhuha, atau untuk membaca alquran agar tentram jiwa dan raga.*
*Soal rejeki, kejarlah dengan cara yg baik. Serahkan hasilnya hanya pada Alloh semata.*
*Soal menghemat, bukan dengan cara menawar keras pedagang kecil, jangan
ditawar, maka Alloh akan aktif mengisi ‘tabungan’ kita.*
*Dan kita akan dibuat takjub oleh cara ‘TANGAN’ Alloh bekerja.*
*Akan banyak kejutan cinta dari Yang Kuasa.*
*Yakin seyakin yakinnya, karena Alloh, tak pernah sekalipun ingkar janji.*
*Semoga bermanfaat*🐓🐓🐓
Copas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar